Biasanya, seorang trader baru bisa dikatakan siap pasang posisi jika dia sudah bisa mengukur seberapa besar resiko dibanding reward-nya. Nah, dalam praktiknya, memasang Take Profit serta Stop Loss adalah salah satu metode paling dasar untuk membatasi kerugian dan meraih profit konsisten.

Tapi toh, kenyataannya masih banyak di antara trader pemula mengulangi kesalahan-kesalahan sampai akunnya MC. Untuk itu, hindari Kesalahan-Kesalahan Merugikan Ini, antara lain :

a. Memasang Take Profit dan Stop Loss terlalu rapat
Perlu diketahui, pasar Forex berbeda dengan pasar saham ataupun komoditas. Gejolak harga lebih sering terjadi pada pasar Forex, karena sejatinya tidak ada bursa sentral yang mampu membatasi lalu lintas volume trading dari tiap partisipannya.

Dengan kata lain, tidak ada larangan bagi siapapun untuk meletakkan volume trading raksasa kapanpun mereka inginkan. Itulah alasannya, kenapa tidak dianjurkan memasang Take Profit ataupun Stop Loss terlalu dekat dari titik entry Anda.

Kebiasaan memasang Take Profit dan Stop Loss berdekatan biasanya dilakukan oleh para scalper. Mereka mengasumsikan harga akan cepat menyentuh batas Take Profit, begitu juga dengan Stop Loss. Jadi itulah alasan kenapa kegiatan scalping bisa membawa profit cepat atau loss beruntun dalam kurun waktu singkat.

Apalagi jika saat news trading. Dalam kondisi seperti itu, harga bergerak naik-turun dengan cepat. Jika salah perhitungan sedikit saja, jangan heran kalau akun Anda pelan-pelan tergerus sampai menyentuh batas Margin Call.

Eits, tunggu dulu, bukan berarti kalau memasang Take Profit dan Stop Loss saling berjauhan akan menjamin profit, loh. Kalau kejauhan sampai misalnya 500 pip dari posisi entry, wah, cari masalah juga itu namanya.

b. Salah mengukur Lot
Biasanya, sebelum membuka posisi, trader pemula akan dihadapkan pada pertanyaan ini; “Kira-kira posisi ini mau dialokasikan berapa duit, yah?”

Nah, jika masih belum paham betul dengan dinamika pergerakan harga pasar, mereka biasanya hanya sekedar menggeser Stop Loss sampai sebesar alokasi kapital yang diresikokan. Misalnya seperti ini:

Katakanlah si Budi adalah seorang trader kemarin siang. Dia hanya mengalokasikan uangnya supaya tiap posisi hanya terbatasi sekitar US $100. Saking cupunya dia, baru trading sudah pakai satu lot penuh, bagus. Tak pikir panjang, dia hanya menggeser jarak Stop Loss (uang yang berani ditradingkan) sampai mencapai nilai batasan tadi.

Coba diperiksa, karena ketidakpahamannya, akhirnya si Budi cuma memasang Take Profit serta Stop Loss tidak jauh dari posisi entry. Kena, deh. Kena Stop Loss, maksudnya.

c. Persis menempel di batas Support dan Resistance
Eh, beneran loh, masih banyak trader melakukan kesalahan ini. Mungkin bagi kita para veteran, garis support dan resistance hanya berlaku sebagai panduan saja. Lain halnya dengan pemula, masih banyak anggapan bahwa kedua garis tersebut mutlak diikuti karena kata guru mereka, “harga akan berulang, nak”.

Ya, ada benarnya juga kata si Master tadi, tapi dalam kenyataannya harga bergerak dalam distribusi acak.

Jadi, kemungkinan besar harga akan lebih sering mengalami reversal atau koreksi sebelum menyentuh batas-batas tadi. Jikapun ternyata harga telah menyentuh salah satu batas tadi, kemungkinan trend breakout akan terjadi.

Semua kesalahan dalam memasang Take Profit serta Stop Loss muaranya ada di cara berpikir kita. Lho, kok bisa?

Sebagai pemula, bisa dikatakan Anda akan masuk live trading hanya sebagai peramai saja. Betul, soalnya hampir semua pemula akan mencoba memasuki situasi real trading tanpa ada bayangan untuk mengelola kerugian vs. keuntungan layaknya seorang wirausahawan.

Sederhananya, di kepala mereka masih belum tertanam bahwa total profit adalah jumlah perolehan posisi untung (gross profit) dikurangi jumlah perolehan posisi rugi (gross loss). Intinya, tidak peduli seberapa besar win rate sistem trading, yang penting total untung harus bisa menutup total rugi.

Parahnya, meskipun dengan win rate di atas 50%, trader pemula masih kehilangan uang mereka di saat bertrading Forex.

Trader pemula hanya tertarik untuk mendapat profit. Akibatnya, begitu posisi memasuki “zona merah”, mereka akan mempertahankan posisi floating minus tersebut dengan harapan harga akan segera berbalik kembali searah dengan posisi mereka.

Begitu juga bila posisi sudah mulai masuk zona profit, trader pemula biasanya terlalu cepat menutup posisi. Intinya, strategi masuk dan keluar pasar masih didominasi oleh emosi.

Nah, setelah kita mengetahui pangkal masalahnya, barulah kita bisa mencari solusi untuk memperbaikinya. Salah satu opsi adalah dengan cara berikut ini:

a. Beri ruang “bernafas” antara jarak Stop Loss, Take Profit dan Entry
Intinya sederhana, memasang Take Profit dan Stop Loss itu harus realistis. Maksudnya, kenali dulu volatilitas pasangan mata uang yang ditarget.

Contohnya, saat ini Anda ingin scalping pada pair EUR/USD. Untuk scalping, biasanya trader akan menggunakan timeframe di bawah H4. misalnya harga saat ini memiliki volatilitas sebesar 20.5 pip dalam range H1.

Gunakan angka tersebut sebagai rujukan; misalnya beri jarak 20 pip untuk masing-masing Stop Loss dan Take Profit. Mudah, kan?

b. Tentukan jarak realistis Take Profit dan Stop Loss dulu, baru kemudian hitung lot trading
Setelah Anda mengetahui jarak realistis dari masing-masing pair berdasarkan volatilitasnya, barulah kita masuk ke tahap berikutnya; position-sizing, atau menghitung lot yang akan dibuka.

Misalkan Anda berencana untuk swing trading pada pair EUR/USD selama satu minggu. Dari market andaikan didapat angka rujukan 174.2 pip. Berarti, kira-kira kita akan memasang Take Profit dan Stop Loss pada kisaran angka tersebut. Katakanlah 150 pip.

Setelah itu, silahkah hitung lot trading untuk menentukan modal trading per posisi. Perhitungannya adalah sebagai berikut:

Modal per posisi / (pips range * nilai 1 pip pada 1 lot standard).

Jika Anda berani memasang US $200 pada posisi swing trading mingguan tadi. Maka hitungannya adalah; 200/(150*10) = 0.133 lot

c. Gunakan batas Support dan Resistance sebagai panduan saja
Sebenarnya cukup sederhana saja. Cobalah untuk memandang batas support dan resistance sebagai rambu-rambu saja. Maksudnya, Anda hanya perlu memasang Take Profit dan Stop Loss di dekat batas-batas tersebut.

Secara lebih spesifik, gunakanlah bantuan dari fibonacci retracement sebagai tolok ukur. Kenapa Anda perlu menggunakannya Karena biasanya trend akan “mengendur” (retrace) sebesar 61.8% – 78.6% sebelum akhirnya kembali meneruskan arah trend kembali.

Kesimpulan
Memasang Take Profit dan Stop Loss itu bisa dibilang gampang-gampang susah. Butuh jam terbang dan kedisplinan relatif tinggi agar bisa diterapkan dengan hasil konsisten. Intinya, sebagai trader pemula, melakukan kesalahan itu masih bisa dianggap wajar, selama ada keinginan untuk memperbaikinya.

End Footer Vendor JS Files Template Main JS File